Dan menurut penelitian, kesuksesan seseorang justru 80 persen ditentukan oleh kecerdasan emosinya, sedangkan kecerdasan intelegensianya mendapat porsi 20 persen.Semua itu adalah wujud dari kekuatan karakter yang mereka miliki. Ini menegaskan bahwa, karakter seseorang menentukan kesuksesan individu.
Membangun Kekuatan Karakter.
Lalu bagaimana cara membangun kekuatan karakter itu? Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar. Namun, jika didukung oleh ratusan lidi yang lain akan membentuk satu kekuatan untuk membersihkan halaman rumah. Bayangkan sebuah lidi tidak akan memiliki daya untuk menghalau sampah-sampah. Peran keluarga, sekolah, masyarakat sangat dominan dalam mendukung dan membangun kekuatan karakter. Begitu juga dengan karakter, akan menjadi kuat ketika didukung oleh lingkungan.
Lalu bagaimana cara membangun kekuatan karakter itu? Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar. Namun, jika didukung oleh ratusan lidi yang lain akan membentuk satu kekuatan untuk membersihkan halaman rumah. Bayangkan sebuah lidi tidak akan memiliki daya untuk menghalau sampah-sampah. Peran keluarga, sekolah, masyarakat sangat dominan dalam mendukung dan membangun kekuatan karakter. Begitu juga dengan karakter, akan menjadi kuat ketika didukung oleh lingkungan.
Lingkungan memiliki peran penting dalam pembentukan karakter. Sebab, karakter mengendalikan pikiran dan perilaku kita, yang tentu saja menentukan kesuksesan, cara kita menjalani hidup, meraih obsesi dan menyelesaikan masalah. Karakter kita, memiliki peran penting dalam proses kehidupan.Pada diri setiap individu memiliki karakternya masing-masing.
Karena itu, ketika hanya daya cipta (IQ) saja yang diasah, maka terjadi ketidakseimbangan.Seperti yang kita ketahui, manusia sebenarnya memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Si anak tersebut akan lumpuh sosial. Padahal, dalam setiap pergaulan di masyarakat, baik pergaulan dalam pekerjaan, pergaulan organisasi, pergaulan di sekolah dan lain-lain pasti butuh untuk menjalin hubungan dan bekerjasama dengan sesama. Lalu apa yang terjadi? Tentunya, efek dari pola pendidikan yang hanya menitik beratkan pada daya cipta (kognisi / IQ) saja dan mengabaikan rasa (afeksi / EQ) dan karsa (action) akan terasa dan terlihat di kala si anak tumbuh dewasa. Mengapa saya katakan lumpuh sosial? Lumpuh sosial terjadi ketika si anak tidak mampu menjalin hubungan di lingkungan sosialnya. Pada akhirnya bisa menghambat perkembangan potensi dirinya.
Kebiasaan itu adalah bukti bahwa pendidikan yang diberikan telah merasuk dalam diri seseorang.Pendidikan karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah, namun juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika makan bersikap sopan, ketika hendak tidur membaca doa, ketika keluar rumah berpamitan, tekun dan semangat mewujudkan obsesi dan cita-cita, jujur, berbuat baik kepada hewan dan tumbuhan, tidak membuang sampah di sembarang tempat dan lain-lain. Sehingga akan menjadi kebiasaan.
Ada juga orang yang memiliki otak cemerlang, dia juga baik, namun malas bekerja. Itu menunjukkan actionnya lebih lemah dibanding IQ dan EQ nya. Ada orang yang memiliki ide-ide brilian namun tidak mampu bekerjasama dengan teamworknya. Itu menunjukkan orang tersebut memiliki kecerdasan IQ yang baik sedang kecerdasan emosionalnya buruk.Terkadang, karakter diri seseorang terasa tidak seimbang.
Seorang anak akan meniru dan mengidentifikasi apa yang ada di sekelilingnya.Membangun kekuatan karakter dilakukan dengan melibatkan seluruh elemen. Karena itu, setiap unsur lingkungan hendaknya dibangun secara positif, sehingga karakter anak akan terbentuk secara positif juga. Role model positif akan membentuk karakter yang positif dan sebaliknya role model negatif akan membentuk keprbadian dan karakter negatif. Sebab, setiap elemen akan berpengaruh dalam proses pembentukan karakter individu.
Hidup itu seperti naik sepeda, perlu sekali menjaga keseimbangan.
Saya sangat kasihan dengan siswa tersebut. Mengapa? Di satu sisi, siswa tersebut memang terasah kemampuan kognitifnya.Saya melihat salah seorang siswa di lingkungan tempat tinggal saya sangat tekun belajar. Namun di sisi lain, ia mengalami ketimpangan atau kelumpuhan emosional (afektif). Tuntutan sekolah yang begitu banyak membuatnya harus berlama-lama di kamar untuk mentransfer informasi yang ada di buku ke dalam otak atau memorinya. Jika keseimbangan tidak terjaga maka akan jatuh. Sampai-sampai, ia tidak sempat meluangkan waktu untuk bermain dengan teman sebayanya.
Saya sangat kasihan dengan siswa tersebut. Mengapa? Di satu sisi, siswa tersebut memang terasah kemampuan kognitifnya.Saya melihat salah seorang siswa di lingkungan tempat tinggal saya sangat tekun belajar. Namun di sisi lain, ia mengalami ketimpangan atau kelumpuhan emosional (afektif). Tuntutan sekolah yang begitu banyak membuatnya harus berlama-lama di kamar untuk mentransfer informasi yang ada di buku ke dalam otak atau memorinya. Jika keseimbangan tidak terjaga maka akan jatuh. Sampai-sampai, ia tidak sempat meluangkan waktu untuk bermain dengan teman sebayanya.
Dan, kekhasan karakter tersebut merupakan kekuatan karakter kita. Si penghibur akan menebarkan semangat, si pengatur akan memanajemen organisasi. Mereka yang bijak dan tidak suka konflik bisa menjadi pendamai. Dan, setiap karakter akan dibutuhkan dalam setiap pergaulan, baik pergaulan kerja, organisasi atau masyarakat.Sebenarnya masing-masing dari kita memiliki karakter yang khas. Sebab, kekhasan atau keunikan itulah yang membedakan kita dengan individu lainnya. Itu semua adalah kekuatan karakter.
Yang pada akhirnya akan menentukan kesuksesan kita. Bung Karno dengan ide, kegigihan dan kecerdasannya masih terasa bagi kita bangsa Indonesia yang telah melalui tahun millennium.Karakter diri akan semakin kuat jika ketiga aspek tersebut terpenuhi. Bunda Teresa menggetarkan dunia dengan rasa cinta dan kepedulian terhadap sesamanya. Lihat saja, seorang Nelson Mandela meraih simpati dunia dengan ide perdamaiannya. Karakter diri yang baik ini akan sangat menentukan proses pengambilan keputusan, berperilaku dan cara pikir kita.
Keseimbangan antara kecerdasan kognitif (pengetahuan), perasaan (afektif) dan tindakan (action) akan membangun kekuatan karakter diri yang baik. Sebab, karakter diri adalah cara pikir dan prilaku yang khas dari individu untuk hidup dan bekerjasama dengan sekitarnya. Karakter diri sangatlah penting peranannya.
Sehingga, individu dengan karakter kuat tersebut akan memberikan sumbangsih �baik moril atau spirituil- yang berdaya guna bagi sekitarnya.Karakter yang kuat pada akhirnya akan berperan optimal di setiap interaksi sosial.
Bukankah sudah menjadi kebutuhan mendasar kita sebagai manusia untuk saling bekerjasama. Dengan begitu kita bisa menambah kesempatan untuk mengeksplore diri kita. Dengan bekerjasama, sebenarnya kita membuka banyak peluang untuk mempelajari banyak hal. Inilah letak pentingnya pergaulan dan interaksi sosial.
Sebab, IQ yang tinggi diartikan sebagai tingkat kecerdasan yang tinggi pula (dan konon jadi resep sukses kalo IQ tinggi).Dulu, orang tua memang mengarahkan anak-anaknya untuk mengasah IQ-nya. Namun, sebuah kesadaran baru akhirnya muncul bahwa ada kecerdasan lain yang juga tidak bisa diabaikan, yakni kecerdasan emosional.
Pendidikan karakter diberikan melalui penanaman nilai-nilai karakter. Output pendidikan karakter akan terlihat pada terciptanya hubungan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, masyarakat luas dan lain-lain. Membangun kekuatan karakter bisa dilakukan melalui pendidikan karakter baik di lingkungan formal seperti sekolah, atau non-formal seperti keluarga dan masyarakat. Bisa berupa pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.Ingatlah! Kekuatan karakter harus dibangun sejak awal.
Yang tidak ia sadari, bahwa bermain sebenarnya juga bagian dari proses belajar.Melihat siswa tersebut, saya sarankan pada orangtuanya untuk membantu mengatur waktu, agar ia tidak terkurung di dalam kamar, sementara kawan-kawannya asyik bermain.
0 komentar:
Posting Komentar